Selasa, 21 Juni 2011

Jenjang Karir Seorang Gadis Desa



Namanya Yati. Ya ya ya... Nama ini kurang komersil. Tetapi tidak demikian dengan penampilan fisiknya. Wanita yang berusia 23-24 taunan ini, merupakan contoh nyata bahwa di dunia prostitusi ternyata ada jenjang karir yang menjanjikan. Tidak percaya?

Penampilan fisiknya yang "wah", dan kemiskinan yang menyelimuti kehidupannya di Indramayu (kota di Pantura Jawa Barat yang terkenal sebagai produsen bisnis esek-esek) menjadikan Yati sudah menyandang gelar ibu rumah tangga di usia belia. Ya, Yati dinikahkan dengan salah satu orang kaya di kampungnya ketika dia kelas 2 SMA.

Seperti umumnya pernikahan karena terlilit utang, rumah tangga Yati pun tidak berjalan mulus. Belum genap setahun pernikahannya kandas, menyisakan Yati dengan seorang bayi lelaki mungil yang lucu.

Kebutuhan finansial yang mendesak membuat Yati tergoda untuk mengikuti seniornya di kampung, untuk mengadu nasib ke Bandung. Lokalisasi Saritem menjadi tujuannya. Apa hendak dikata, Yati tidak lulus SMA dan tidak punya keterampilan khusus untuk bekerja. Satu-satunya kelebihan gadis ini hanyalah penampilan fisiknya.

Sehari.. Dua hari.. Sebulan.. Dua bulan... Yati menunjukkan peningkatan skill yang luar biasa dalam men-service pelanggannya. Dalam waktu singkat, Yati yang cantik itu menjadi primadona di seantero Saritem. Namanya sangat harum di lokasi bisnis esek-esek Bandung yang telah hadir sejak tahun 1894 itu.

Harganya mencapai 350 ribu rupiah untuk sekali main (rekor paling tinggi di Saritem hingga saat ini). Dari angka itu, Yati mendapat 50%, alias 175 ribu. Sisanya tentu saja masuk ke kantong "papih" dan juga sedikit untuk para calo.

Dalam sehari, Yati bisa dipesan oleh 3 bahkan hingga 10 pengunjung di kala weekend. Dengan asumsi rata-rata 5 pengunjung perhari, dan 10 hari off per bulan, Yati mampu meraup nilai bersih sekitar 15 juta rupiah per bulan.

Dalam waktu singkat, kehidupan ekonomi keluarga Yati di kampung terangkat. Rumahnya bukan lagi gubuk reyot, tetapi sudah bangunan beton yang mewah untuk ukuran kampung itu. Sawah keluarga pun bertambah beberapa hektar.

Setelah 3 tahun malang melintang di Saritem, seorang "pencari bakat" dari Jakarta menemukan Yati. Ya... Karir Yati berhasil naik ke level yang sangat tinggi untuk para pramunikmat Indonesia. Yati berhasil mencapai puncak karir di bidangnya, setelah dibawa "pencari bakat" itu untuk bergabung di sebuah hotel "A" di dekat Ancol, Jakarta.

Tarifnya yang semula 350 ribu, melonjak hampir 200% menjadi 900 ribu sekali main. Belum termasuk tips yang diterimanya dari para tamu yang kebanyakan merupakan bos-bos kelas kakap. Apalagi kalau Yati dibawa para bos itu untuk "main" ke luar. Wah... Entah, saya tak bisa membayangkan berapa Rupiah yang berhasil Yati kumpulkan dengan bekerja di "kantor" barunya yang sangat bonafid ini. Dengar-dengar, dengan rata-rata 3 tamu sehari, Yati mampu meraup uang hingga lebih dari 30 juta rupiah per bulan.

------------------

"Yati sekarang ganti nama sejak di Jakarta. Maklum, namanya kurang menjual untuk tempat mewah seperti itu..." tutur Ibro, seorang calo Saritem anak buah Toni (rekan sejawat Homing yang namanya sudah terkenal di jagad esek-esek Bandung) yang telah belasan tahun malang melintang di dunia prostitusi Saritem.

Sumber : http://ngerumpi.com/baca/2009/07/05/jenjang-karir-seorang-gadis-desa.html


http://noveloke.co.cc/cooment.gif
Di Like Ya Gan


0 komentar:

Posting Komentar