Rabu, 27 April 2011

Cuci Otak NII Jangan Disamakan dengan Gendam



Ilustrasi (sodahead.com)
Ilustrasi (sodahead.com)
SURABAYA - Kesimpulan Polda Jawa Timur yang menyamakan kasus pencucian otak oleh kelompok Negara Islam Indonesia (NII) dengan praktek gendam atau penipuan, disesalkan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya, Nur Syam.

Syam mengatakan kasus NII ini tidak bisa disederhanakan menjadi kasus penipuan semata.

“Saya tidak sependapat jika masalah NII ini disederhanakan dengan masalah penipuan. Sebab yang kita tahu bahwa ini gerakan yang berlandaskan dari sebuah ideologi bukan hanya penipuan. Penipuan itu hanya bagian dari proses untuk memperoleh dana bagi organisasi NII,” ujar Syam, Rabu (27/4/2011).

Bukti NII ini adalah gerakan ideologis, jelas Syam, bisa dilihat dari pengakuan dan testimoni orang-orang yang pernah terlibat di dalamnya. Rata-rata mereka mengaku direkrut menjadi eksponen NII setelah dipengaruhi melalui diskusi-diskusi kecil.

Tak heran jika kelompok terpelajar seperti mahasiswa yang mempunyai daya kritis, bisa terpengaruh.

“Dalam proses perekrutan NII ada proses hegemoni psikologis rekrutmen yang terencana baik. Dengan memaparkan logika-logika yang masuk akal pada tahap awalnya. Ini tak ubahnya seperti gerakan teroris,” terang Syam.

Untuk memberantas NII, lanjut dia, dibutuhkan tindakan luar biasa seperti halnya memerangi terorisme. Tidak bisa dilakukan sepotong-potong dengan menyederhanakan NII sebagai sebuah gerakan penipuan.

“Ini gerakan ideologis, seperti halnya gerakan teroris. Diberantas di sini, nyatanya tak beberapa lama kemudian muncul di sana. Maka bisa diprediksikan jika dari tahun ke tahun kasus NII akan terulang kembali jika tidak ditangani sungguh-sungguh,” pungkasnya
.

0 komentar:

Posting Komentar