Rabu, 30 Maret 2011

Beberapa Bentuk Komunikasi yang Kurang Efektif Dalam Hubungan Berpasangan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0dMGTZ1d9cADO4HMK6jkaceiaUnkbEv_CdLkpNR2o0yhDBYOCW2WSv0UFE8QEJb9CqZnTKBEzRLUIhDYzyOl9y0tjuTcoq2LIHGyE9EZoQqvZTL1PsoeLWxWlkRaFTuykSlylAC7bzyE/s1600/diam.jpg
Sebuah penelitian di Indonesia menemukan bahwa 58 % dari perceraian diakibatkan oleh komunikasi diantara pasangan yang sangat buruk. Penelitian ini tidak terlalu mencengangkan mengingat komunikasi merupakan dasar di dalam berjalannya sebuah hubungan.

Tetapi, mengapa komunikasi itu sangat penting dalam hubungan berpasangan?

Hal ini dikarenakan di dalam hubungan berpasangan, komunikasilah yang mengendalikan suatu hubungan. Komunikasi dapat mempererat suatu hubungan, namun juga sekaligus dapat merusak hubungan. Hal ini terkait pada pengertian bahwa setiap manusia memiliki keinginan dan kebutuhan untuk dicintai dan mencintai.

Abraham Maslow, seorang psikolog humanis, mengatakan dalam teorinya bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan bertingkat, yaitu, kebutuhan fisik, rasa aman, kebutuhan sosial, self esteem dan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan ini dapat tercapai salah satunya melalui hubungan berpasangan. Oleh karena itu, hubungan berpasangan yang baik sangat dibutuhkan oleh setiap manusia dan hal ini dapat tercapai bila setiap pasangan memiliki komunikasi yang efektif.

Namun, “sudah efektifkah komunikasi yang terjalin selama ini”?

Komunikasi yang kurang efektif dan buruk dapat menimbulkan kesalah-pahaman, rasa curiga, memicu perkelahian dan memicu banyak permasalahan baru yang dapat menimbulkan rasa frustrasi, stres dan berakhirnya sebuah hubungan. Pernahkah anda berpikir dan berkata :

“kok dia tidak mau mengerti saya sih?”
“percuma deh bicara sama dia, dia tidak pernah mau mendengarkan saya”
“bukan itu maksud saya”
“selalu begitu deh”
“selalu saja bersikap defensif”
“ya sudah terserah saja”

Pernyataan diatas merupakan beberapa contoh komunikasi yang kurang efektif terhadap pasangan.

Ada berbagai bentuk komunikasi dalam hubungan berpasangan yang kurang efektif, yaitu:

  • Tidak berterus terang/ ambigu

    Beberapa orang memilih untuk selalu berterus terang dan mengemukakan pendapatnya secara gamblang terhadap pasangannya, namun beberapa orang lainnya memilih untuk tidak mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara langsung dengan harapan pasangan dapat memahami apa yang dipikirkannya. Hal ini dapat memicu rasa kesal dan kesalahpahaman pada sesama.

    Contoh:

    A: apakah kamu mau pergi ke acara makan malam?
    B: enggak deh aku capek aku ingin menonton TV saja, kamu mau pergi?
    A: enggak usah deh (merasa kesal karena sebenarnya ingin pasangan menuruti keinginannya)
    B: pergi saja sendiri (merasa tidak dimengerti jika sedang capek)
    A: ya sudah (merasa kesal)

    Untuk pasangan yang telah menikah, membuat keputusan bersama untuk hal-hal yang terkait dalam rumah tangga (seperti membayar tagihan, membeli barang, menentukan pilihan dll) sangatlah penting. Jika salah satu pasangan tidak dapat mengkomunikasikan keinginan dan pendapatnya maka pasangan lainnya tidak akan pernah mengerti apa yang dirasakan oleh pasangannya.

  • Defensif

    Defensif merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yang dilakukan apabila pasangan merasa tersudut atau terancam oleh pasangan lainnya. Suatu komunikasi akan tertutup apabila salah satu atau kedua pasangan mengambil sikap defensif. Masing-masing berusaha untuk mempertahankan nilai, opini dan pendapat yang menurut mereka benar. Komunikasi defensif tidak memberi ruang bagi sesama untuk menjelaskan, mengklarifikasi dan menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. Akibatnya, suatu permasalahan tidak akan terselesaikan apabila salah satu atau kedua pasangan tidak ingin membuka diri untuk menerima pendapat satu sama lain.

  • Pesan yang tidak tersampaikan

    Komunikasi tidak hanya sebatas mendengarkan kata-kata yang disampaikan oleh pasangan namun, melibatkan seberapa besar kita memahami pesan yang ingin disampaikan oleh pasangan. Kebanyakan dari kita berusaha mendengarkan apa yang dikatakan oleh pasangan kita namun sebenarnya kita tidak memahami pesan yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pasangan. Akibatnya terjadi kesalahan dalam penafsiran kata-kata, kesalahpahaman dan tidak tersampaikannya pesan secara benar. Mencoba mengerti dan bersikap peka terhadap pasangan merupakan salah satu cara agar kita dapat memahami pesan-pesan yang tersirat dibalik kalimat yang disampaikan oleh pasangan.

  • Ketidaksesuaian style dalam berkomunikasi

    Setiap manusia memiliki style yang berbeda-beda dalam berkomunikasi. Komunikasi yang kurang efektif dapat muncul akibat adanya ketidaksesuaian cara berkomunikasi diantara pasangan. Hal ini juga menyangkut nada, penggunaan titik dan koma dalam kalimat, penggunaan “jeda” , pengaturan kalimat serta perbedaan jenis kelamin dalam berkomunikasi. Contohnya, dalam pertengkaran antara pasangan, sang istri memiliki cara berkomunikasi untuk selalu berusaha menjelaskan permasalahan dengan detil, berputar-putar dan memberikan segala macam informasi dari penting maupun tidak penting. Disisi lain sang suami memiliki cara berkomunikasi yang tidak banyak bicara dan memilih untuk diam. Perbedaan ini dapat menimbulkan masalah karena sang istri merasa suami tidak pernah mendengarkan dan mengerti apa yang dikatakan istri dan merasa komunikasi hanya satu arah, padahal sikap diam sang suami adalah caranya untuk mendengarkan apa yang dikatakan istri. Contoh dalam penggunaan nada tinggi adalah ketika suami memiliki cara berkomunikasi dengan menggunakan nada tinggi, sang istri merasa terintimidasi, dipersalahkan dan dimarahi.

    Contoh lainnya, adalah ketika salah satu pasangan tidak menggunakan jeda dalam berkomunikasi. Sang suami banyak bertanya tetapi ketika istri belum sempat menjawab, suami sudah melontarkan kalimat tanya berikutnya, bahkan menjawab pertanyaannya sendiri. Istri merasa suami tidak mau mendengarkan dan tidak memiliki hak untuk mengemukakan pendapat.

    Cara yang paling tepat dalam mengatasi perbedaan style dalam berkomunikasi adalah dengan menemukan dan mengkomunikasikan style yang dimiliki oleh masing-masing pasangan kemudian membuat suatu “etiket berkomunikasi” yang disepakati bersama.

    Semoga Bermanfaat!!
  • 0 komentar:

    Posting Komentar