Harare (ANTARA News) – Kucing liar mengais-ngais tumpukan sampah di antara blok apartemen di pasar hulu daerah Avenue di Harare, sehingga membuat tikus berserabutan dan berlarian untuk mencari perlindungan di antara sampah. Di seluruh jalan tersebut, mobil berbelok untuk menghindari tumpukan sampah yang nyaris menghalangi satu dari dua jalurnya.
Tempat penimbunan sampah tak resmi telah menjadi pemandangan sehari-hari di banyak bagian kota Harare, tempat penduduk membuang sampah di sembarang tempat, sementara pemerintah kota praja gagal mengumpulkan sampah, sehingga warga khawatir terhadap wabah penyakit.
Tumpukan sampah yang ada di mana-mana menjadi tempat perkembang-biakan bagi tikus dan kucing, sehingga mengimbulkan ancaman kesehatan karena hewan pengerat tersebut kadang-kala menemukan jalan untuk masuk ke dalam rumah warga.
Perhimpunan Gabungan Warga Harare telah memperingatkan mengenai kemungkinan penyebaran penyakit jika masalah sampah tak ditangani.
“Di daerah seperti Mabvuku, penduduk mengatakan sampah terakhir kali dikumpulkan ialah pada Februari 2009,” kata perhimpunan itu di dalam pernyataan, sebagaimana dilaporkan wartawa kantor berita Prancis, AFP, Fanuel Jongwe. Ia merujuk kepada satu kota praja di Harare timur, tempat lima orang tewas akibat wabah tipus pada Februari, yang menyerang sejumlah warga.
“Timbunan sampah telah menyediakan lahan perkembang-biakan yang kondusif bagi nyamuk dan tikus, sementara warga mengkhawatirkan kesehatan mereka,” katanya.
Tikus dapat menyebarkan penyakit melalui kotoran mereka; sebagian dapat mengancam nyawa; termasuk salmonella, diare, muntah-muntah dan demam.
Manusia juga dapat tersebut demam akibat gigitan tikus.
“Anda tak dapat menyalahkan orang yang membuang sampah di sini,” kata Jennifer Mazhawidza, pedagang di pinggir jalan, sambil menunjuk ke tumpukan sampah yang menghalangi satu jalur pembuangan.
“Kota praja mesti berbuat sesuatu mengenai ini. Mereka menarik uang untuk pengumpulan sampah tapi mereka memberi layanan. Sekarang ada tikus di mana-mana gara-gara sampah dan kami mungkin menghadapi wabah penyakit lagi,” katanya.
Pemerintah kota praja menarik iuran setiap bulan dan penduduk dan perusahaan buat pengumpulan sampah.
Namun penduduk seperti Tapiwa Ndenda dari kota praja pada warga Chitungwiza tak dapat mengingat kapan terakhir kali truk sampah kota praja berkeliling mengambil sampah di tempat tinggalnya.
“Jika truk datang tahun ini, itu tak lebih dari tiga kali,” kata Ndenda setelah memandang langit dalam upaya mengingat kapan terakhir kali ia melihat tukang sampah yang naik truk berwarna oranye, yang kini langka, beraksi.
“Kami kadang-kala melihat tikus besar yang dapat dengan mudah membuat kami mengira itu adalah anak kucing,” katanya.
Chitungwiza mencatat kasus pertama kolera selama wabah pada 2008. Penyakit itu merenggut sedikitnya 4.000 jiwa dan menyerang sebanyak 100.000 orang di seluruh Zimbabwe.
Wabah tersebut dapat dikendalikan tahun lalu dengan suntikan besar bantuan internasional, kendati kasus sporadis masih dilaporkan.
Seorang perempuan yang bekerja di perusahaan pengendalian hama mengatakan tuntutan bagi layanan untuk menjebak tikus telah melonjak.
“Kami menerima lebih banyak telefon dari rakyat yang ingin rumah mereka terbebas dari tikus daripada biasanya. Itu terjadi karena sampah ada di mana-mana,” kata perempuan tersebut –yang tak mau menyebutkan jatidirinya.
“Di rumah saya saya memasang racun tikus dan beberapa tikus mati-mati, tapi saya terus melihat tikus setiap waktu,” katanya.
Godfrey Chikwenhere, seorang ahli pengendalian hewan pengeran di layanan perluasan dan penelitian pemerintah, mengatakan departemennya menerima banyak permintaan bantuan untuk membersihkan tikus.
“Kami menerima laporan bahwa hewan pengerat bertambah banyak,” kata Chikwenhere, yang menjadi bagian dari tim penelitian yang melakukan studi di Afrika selatan mengenai masalah hewan pengerat.
“Bagaimana itu berkaitan dengan peristiwa penyakit pada manusia masih perlu diteliti,” katanya.
Kelompok masyarakat dan penduduk, yang merasa kecewa pada pemerintah, melancarkan aksi pembersihan guna menghilangkan penumbunan sampah tak resmi.
“Namun penimbunan sampah menjamur lagi karena kota ini belum menuntaskan upaya warga untuk mengumpulkan sampah,” kata perhimpunan warga.
(C003/A024)
Tempat penimbunan sampah tak resmi telah menjadi pemandangan sehari-hari di banyak bagian kota Harare, tempat penduduk membuang sampah di sembarang tempat, sementara pemerintah kota praja gagal mengumpulkan sampah, sehingga warga khawatir terhadap wabah penyakit.
Tumpukan sampah yang ada di mana-mana menjadi tempat perkembang-biakan bagi tikus dan kucing, sehingga mengimbulkan ancaman kesehatan karena hewan pengerat tersebut kadang-kala menemukan jalan untuk masuk ke dalam rumah warga.
Perhimpunan Gabungan Warga Harare telah memperingatkan mengenai kemungkinan penyebaran penyakit jika masalah sampah tak ditangani.
“Di daerah seperti Mabvuku, penduduk mengatakan sampah terakhir kali dikumpulkan ialah pada Februari 2009,” kata perhimpunan itu di dalam pernyataan, sebagaimana dilaporkan wartawa kantor berita Prancis, AFP, Fanuel Jongwe. Ia merujuk kepada satu kota praja di Harare timur, tempat lima orang tewas akibat wabah tipus pada Februari, yang menyerang sejumlah warga.
“Timbunan sampah telah menyediakan lahan perkembang-biakan yang kondusif bagi nyamuk dan tikus, sementara warga mengkhawatirkan kesehatan mereka,” katanya.
Tikus dapat menyebarkan penyakit melalui kotoran mereka; sebagian dapat mengancam nyawa; termasuk salmonella, diare, muntah-muntah dan demam.
Manusia juga dapat tersebut demam akibat gigitan tikus.
“Anda tak dapat menyalahkan orang yang membuang sampah di sini,” kata Jennifer Mazhawidza, pedagang di pinggir jalan, sambil menunjuk ke tumpukan sampah yang menghalangi satu jalur pembuangan.
“Kota praja mesti berbuat sesuatu mengenai ini. Mereka menarik uang untuk pengumpulan sampah tapi mereka memberi layanan. Sekarang ada tikus di mana-mana gara-gara sampah dan kami mungkin menghadapi wabah penyakit lagi,” katanya.
Pemerintah kota praja menarik iuran setiap bulan dan penduduk dan perusahaan buat pengumpulan sampah.
Namun penduduk seperti Tapiwa Ndenda dari kota praja pada warga Chitungwiza tak dapat mengingat kapan terakhir kali truk sampah kota praja berkeliling mengambil sampah di tempat tinggalnya.
“Jika truk datang tahun ini, itu tak lebih dari tiga kali,” kata Ndenda setelah memandang langit dalam upaya mengingat kapan terakhir kali ia melihat tukang sampah yang naik truk berwarna oranye, yang kini langka, beraksi.
“Kami kadang-kala melihat tikus besar yang dapat dengan mudah membuat kami mengira itu adalah anak kucing,” katanya.
Chitungwiza mencatat kasus pertama kolera selama wabah pada 2008. Penyakit itu merenggut sedikitnya 4.000 jiwa dan menyerang sebanyak 100.000 orang di seluruh Zimbabwe.
Wabah tersebut dapat dikendalikan tahun lalu dengan suntikan besar bantuan internasional, kendati kasus sporadis masih dilaporkan.
Seorang perempuan yang bekerja di perusahaan pengendalian hama mengatakan tuntutan bagi layanan untuk menjebak tikus telah melonjak.
“Kami menerima lebih banyak telefon dari rakyat yang ingin rumah mereka terbebas dari tikus daripada biasanya. Itu terjadi karena sampah ada di mana-mana,” kata perempuan tersebut –yang tak mau menyebutkan jatidirinya.
“Di rumah saya saya memasang racun tikus dan beberapa tikus mati-mati, tapi saya terus melihat tikus setiap waktu,” katanya.
Godfrey Chikwenhere, seorang ahli pengendalian hewan pengeran di layanan perluasan dan penelitian pemerintah, mengatakan departemennya menerima banyak permintaan bantuan untuk membersihkan tikus.
“Kami menerima laporan bahwa hewan pengerat bertambah banyak,” kata Chikwenhere, yang menjadi bagian dari tim penelitian yang melakukan studi di Afrika selatan mengenai masalah hewan pengerat.
“Bagaimana itu berkaitan dengan peristiwa penyakit pada manusia masih perlu diteliti,” katanya.
Kelompok masyarakat dan penduduk, yang merasa kecewa pada pemerintah, melancarkan aksi pembersihan guna menghilangkan penumbunan sampah tak resmi.
“Namun penimbunan sampah menjamur lagi karena kota ini belum menuntaskan upaya warga untuk mengumpulkan sampah,” kata perhimpunan warga.
(C003/A024)
0 komentar:
Posting Komentar