Berbeda dengan umumnya masyarakat Bali lainnya, Trunyan memiliki tradisi upacara pemakaman jenasah yang sangat unik, bahkan tidak bakal pernah dijumpai dibelahan dunia manapun. Jika masyarakat bali pada umumnya melakukan Ngaben dengan cara jenasah tersebut dibakar, Namun di trunyan jenasah tersebut tidak dibakar, melainkan hanya menggeletakkan jenasah tersebut dibawah pohon tanpa dikubur. Mengagumkannya jenasah tersebut tidak mengeluarkan bau yang menyengat walaupun selama telah tergeletak selama berbulan – bulan. Konon hal yang menyebabkan jenasah disana tidak mengeluarkan bau karena adanya Pohon tarumenyan yang hanya terdapat dan tumbuh di desa Trunyan. Pohon tarumenyan mampu mengeluarkan aroma harum dan dapat mensterilkan aroma yang tidak sedap dari jenasah tersebut. Dari nama pohon tarumenyan ini kemudian dikenal dengan nama Trunyan, yang diketahui sebagai asal mula nama desa tersebut.
Desa trunyan memilki tradisi dan tata cara tersendiri untuk menguburkan jenasah para warganya. Ada 3 Kuburan yang terdapat di desa Tersbut. kuburan itu antara lain, Setra wayah : Kuburan ini diperuntukan bagi para penduduk trunyan yang meninggal secara wajar
dengan Kondisi jenasahnya masih utuh. Setra muda adalah kuburan untuk para jenasah yang masih muda seperti anak – anak, bayi ataupun orang dewasa sama sekali belum menikah, dan tentunya dengan syarat jenasah ini harus tetap untuh tanpa cacat. Terakhir Setra bantas yaitu kuburan yang diperuntukan bagi jenasah yang kematiannya seperti kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang.
Di Like Ya Gan
0 komentar:
Posting Komentar